Peradaban Maya
Mata Pena adalah media sosial informasi di bawah pengelolaan Badan…
Di dunia maya yang pertama
Aku melihat muda-mudi sedang berjalan mengais-ngais paketan, di sepanjang jalan
Jawa dan Kalimantan
Sambil ketawa-ketiwi dan selfie-selfie, mereka sibuk sendiri
Meski keliatan bahagia,
Nahasnya mereka lupa bagaimana cara ngopi, bernafas dan makan nasi
Esoknya, ada media yang memberitakan bahwa mereka telah mati tertabrak wifi
Sebab lupa, ketika menyabrang trotoar tak sempat menengok kanan kiri
Di dunia maya yang kedua
Aku melihat orang-orang berwajah cerah meski tidak sumringah
Aku bertanya dan bertanya “Skincare apa yang dipakainya sampai-sampai wajahnya bisa demikian bercahaya dan berkerlip-kerlip?”
Namun pertanyaanku hanya bisu, tetapi perlahan aku mulai tau
Cahaya itu berasal dari layar gadgetnya yang baru, tetapi berkamera murah
Yang saban pagi deringnnya melebihi suara kokok ayam dan igauan para petani
Dan ketika malam nyaringnya tak lebih sepi dari desahan-desahan kamar pengantin
baru
Walaupun juga, tak lebih ramai dari ceramah kyai-kyai youtube dan ustadz-ustadz yang
gemar mengkampanyekan hijrah dan nikah muda
Di dunia maya yang ketiga
Aku melihat begitu banyak macam kekhusyukan
Mulai dari para lelaki yang khusyuk tertidur di warung kopi
Kanak-kanak yang lebih anteng ketika sedang bermain game online daripada membaca. Fenomena.
Sampai perempuan yang berdandan lebih lama daripada dua satuan kredit semester kuliah
Hingga pada suatu hari,
Bencana itu datang
Jaringan internet tiba-tiba menghilang dari peradaban tanpa sebab dan musabab
Mereka kelimpungan dan sehari-harinya diisi dengan galau-galauan
Katanya “Tuhan, cobaanmu berat begini macam?”
Mereka menggugat dalam doanya yang jarang-jarang
Tak lama Tuhan berkata;
“Hambaku yang kusayangi tetapi sudah lama lupa dengan diriKu, apa kau tidak kangen
ngobrol dengan saudaramu ketika sedang bertemu?”
Jember, 2020
(Rizal Kurniawan )
*Karya ini mendapat juara harapan 1 dalam Pesta Literasi 2020 yang diadakan Sahabat Perpustakaan Universitas Jember .
Mata Pena adalah media sosial informasi di bawah pengelolaan Badan Semi Otonom Media Informasi (BSOMI) yang mewadahi tulisan para kader PMII, khususnya Rayon Ilmu Budaya Universitas Jember. Sebuah media alternatif dengan konten literasi yang beragam namun, tetap terkupas melalui sisi pergerakan. Rayon PMII Ilmu Budaya dengan basis pengetahuan sastra, seni, dan budaya tentu tidak akan jauh dan lepas dari wacana tersebut. Tiga kunci yang menjadi modal dasar kaderisasi dan pengembangan kader. Oleh karena itu, Mata Pena hadir sebagai sarana media literasi. Salam literasi! Salam Pergerakan!