Now Reading
Cinta yang Pamrih

Cinta yang Pamrih

Di suatu hari yang paling kangen. Aku bertanya padamu, “Maukah kau menerima segenap cintaku yang tumben-tumbenan ini?”

Dengan malu-malu kau akhirnya menerima, lalu berkata; “Aku terima cintamu yang tumbenan-tumbenan itu, asal kau juga mau menerima cintaku yang gugup-gugupan ini.”

Aku berfikir keras. Aku tau cintanya hanya cinta yang menjebak.
Dengan sisa-sisa kepercayaan diri, aku terima cintanya seperti halnya dirinya menerima cintaku yang palsu.
Lalu kami bahagia, dan bertanya-tanya.
Adakah cinta yang tidak meminta-minta?”

 

Lamongan, 30 Apil 2020.

View Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Scroll To Top