Now Reading
Il Principle: Buku Pedoman Para Diktator Dunia

Il Principle: Buku Pedoman Para Diktator Dunia

 

Judul : IL PRINCIPLE
Pengarang : Niccolo Machiavelli
Penerbit        : Narasi
Alih Bahasa  : Dwi Ekasari Aryani
Halaman        : 184

 

Menumbuhkan rasa takut kepada rakyat adalah hal yang wajib bagi seseorang untuk dapat berkuasa
Niccolo Machiavelli

Menurut Asvi Warman Adam “Sejarah mengajarkan kepada kita apa yang tidak dapat kita lihat, untuk memperkenalkan kita kepada penglihatan yang kabur sejak kita lahir”. Seiring perkembangan jaman, pemangku kebijakan acapkali berperilaku semena-mena ketika berbicara soal kebijakan. Sama halnya ketika di tengah pandemi covid-19 ini, begitu banyak kebijakan plin-plan yang selalu menguntungkan para elit politik dan merugikan banyak orang.

Winston Churchil menegaskan “bila seorang politisi berjanji dalam tiga bulan bisa mewujudkan dibangunnya sebuah jembatan, tapi ketika masa tiga bulan sudah dilewati dan jembatan tidak terbangun, maka politisi pasti punya berjuta alasan mengapa jembatan itu tidak terbangun”.

Jika berbicara tentang Il Principe , buku ini ditulis pada tahun 1513 oleh Niccolo Machiavelli dan diterbitkan pada tahun 1532 setelah berselang 5 tahun meninggalnya Machiavelli. Hampir semua pemimpin dunia pernah membaca buku ini, seperti Adolf Hitler, Bennito Mussolini, Lenin, Stalin, dll. Bahkan Napoleon Bonaparte dikabarkan selalu tidur dengan buku ini di bawah bantalnya.

Bila membaca lebih dalam metode Machiavelli, maka kita akan menemukan pula kesamaannya dengan metode yang dulu pernah diterapkan di Indonesia ketika masa “enak jamanku to” alias orde Soeharto. Sehingga tak salah ketika Michael H. Hart menyebut buku ini sebagai buku pedoman para diktator.

Buku ini adalah media dari perpaduan antara semurni-murninya kejujuran dan sekeruh-keruhnya kegilaan. Meskipun isinya sering dihakimi orang karena begitu mengguncang nurani sekaligus mencubit sisi idealis dari seorang manusia karena dianggap melegalkan tipu muslihat, kelicikan, dusta, serta kekejaman dalam menggapai kekuasaan, tak heran buku ini mendapat cibiran dan kutukan meskipun beberapa orang juga memujanya sebagai buku yang sangat jujur dan realis. Tanpa malu Machiavelli memaparkan kondisi moral para penguasa dengan apa adanya. Karena keterusterangan buku ini, selama berabad-abad nama Machiavelli dijadikan sebuah sinonim negatif bagi kelicikan dan kepalsuan. Orang yang terlihat begitu ambisius dan selalu berupaya mencapai tujuannya dengan segala cara akan disebut sebagai machiavellis.

Di awal buku ini dijelaskan bahwa semua negara yang memegang kuasa dan mengontrol manusia adalah berbentuk republik dan kerajaan. Dari situ bisa dimaknai, bahwasannya manusia lebih takut kepada pemerintah dibanding pada Tuhannya. Hal ini dikarenakan banyak negara yang berkedok demokrasi namun sesungguhnya tengah menjalankan paham kediktatoran. Seperti halnya yang dituturkan Machiavelli, dalam berkuasa seorang pemimpin harus melakukan 2 hal; pertama , mengeluarkan undang-undang, kedua, melakukan kekerasan. Jika cara pertama gagal, maka cara kedua harus dilakukan. Ngeri lur.

Tak sampai di situ, Il Principe juga mengambarkan dengan lugas bahwa untuk mencapai kursi kekuasaan yang dibutuhkan adalah menteri-menteri, pendukung-pendukung serta tentara-tentara bayaran. Pihak asing yang masuk ke negaranya haruslah diberi keuntungan agar kekuasaannya tidak dapat dihancurkan oleh rakyat. Jika berbicara kekuasaan tentu tidak lepas dari sifat kebinatangan manusia yang lebih mendominasi dibanding dengan sifat kemanusiaannya. Seorang penguasa haruslah memiliki sifat-sifat seperti kancil dan singa. Ia harus menjadi kancil untuk mengenali perangkap dan menjadi singa untuk menakuti serigala.

Selain itu, Machiavelli pun memperlihatkan bagaimana ketika seorang penguasa harus memilih antara dicintai atau ditakuti oleh rakyatnya. Dalam buku itu ditegaskan bahwasannya kedua hal tersebut tidak akan bisa saling berdampingan, dan jika disuruh memilih tentu yang terbaik adalah ketika penguasa harus ditakuti oleh rakyatnya. Hal ini dikarenakan manusia tidak segan-segan membela dia yang mereka takuti dari pada yang mereka cintai karena rasa cinta diikat dengan rantai kewajiban, sedangkan manusia pada dasarnya egois, maka pada saat mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan, rantai tersebut akan putus; namun rasa takut dipertahankan oleh hukuman-hukuman yang menakutkan yang tidak pernah gagal.

Singkat kata dalam buku ini, Machiavelli menjelaskan tentang pemahaman terkait pemerintahan, militer, dan bagaimana seharusnya pemimpin dalam bersikap. Menurut Machiavelli pemimpin ideal adalah ia yang mengabaikan moral dan mengandalkan segala sesuatu dengan kekuatan dan kelicikan. Ide atau pemikiran Machiavelli sangat cemerlang. Ketajaman gagasannya sangat bermanfaat sebab selain cocok dengan keadaan Italia pada waktu itu juga menjadi inspirator bagi negara-negara yang lain. Perhatiannya terhadap negara dan penguasa menjadi bukti cinta dan perhatiannya terhadap negaranya yang sedang kacau pada zaman itu. Itulah wujud suatu kerinduan akan suatu keadaan negara yang baik dan kuat. Keinginan untuk memperbaiki pola-pola struktur tradisional yang mapan terungkap di dalam ide atau gagasannya.

Jika boleh suudzon, jangan-jangan para penguasa dan yang berhasrat menjadi penguasa, semuanya sudah pada khatam buku Il Principe ini. Karena 26 bab yang tersaji ini sungguh mengerikan. Dan yang lebih mengerikan lagi adalah, semua yang tertulis kini sedang terjadi, Bos.

See Also

Apa yang difikirkan Machiavelli memang terkesan sangat radikal namun jika kita ambil benang merah dan dapat dihubungkan dengan keadaan politik sekarang ini di mana banyak orang berfikir bagaimana cara berkuasa, tapi tidak berfikir, bagaimana menggunakan kekuasaan itu untuk kepentingan banyak orang. Harusnya sih berkuasa itu untuk memakmurkan semua orang. Kan?

Terlepas dari itu, hal positif yang bisa kita ambil dari buku ini adalah selain memberikan pengetahuan, juga dapat menjadikan kita tahu bagaimana cara pikir dan cara kerja seorang diktator. Kita menjadi paham logika-logika pikir yang mereka gunakan. Dengan demikian kita menjadi lebih waspada dan juga semakin paham bagaimana mencegah negeri kita ini jatuh (kembali) ketangan para machiavelis.

Wallahu A’lam Bisshowab ~

 

­

Review oleh: Sahabat Sony Supriyanto

View Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Scroll To Top