Now Reading
Ulasan Film “Dead Poets Society”: Spirit Carpe Diem

Ulasan Film “Dead Poets Society”: Spirit Carpe Diem

Bagi pecinta film western, mungkin sudah tidak asing dengan film lama ini. Film yang dirilis pada tahun 1989 ini menceritakan tentang seorang guru Bahasa inggris baru, John Keating, di sekolah khusus laki-laki, Akademi Welton yang memiliki cara mengajar yang berbeda dari guru-guru biasanya. Tidak mengikuti sistem mengajar atau kurikulum sekolah yang ada, melainkan menggunakan sistemnya sendiri. Dia sering memberi ceramah tentang kehidupan dan kaitannya dengan sastra, terutama puisi pada murid-muridnya.

Namun, ada satu hal menarik untukku yang ingin kuulas di sini. Yaitu tentang carpe diem yang diajarkan oleh Mr. Keating di salah satu sesi mengajarnya. Yang dimana hal itu juga berpengaruh pada kehidupan murid-muridnya selanjutnya. Dalam film tersebut, carpe diem diartikan dengan ‘seize your day’, atau dalam terjemahan Bahasa Indonesia ‘petiklah/rebutlah harimu’. Dalam sesi mengajarnya, Mr. Keating menjelaskan carpe diem sebagai semangat untuk melakukan apapun yang kita inginkan selama kita masih hidup. Meskipun cara menjelaskan Mr. Keating sedikit aneh menurut murid-muridnya, namun siapa sangka jika frasa Bahasa latin tersebut dapat sangat mempengaruhi pikiran dan tindakan salah satu sekelompok murid-murid yang diajarnya.

Carpe diem yang diajarkan Mr.Keating mampu mengubah mindset mereka tentang kehidupan dan tindakan mereka. Carpe diem mampu menghilangkan pesimisme mereka akan suatu hal. Dimulai dari Knox Overstreet yang mengejar cinta gadis yang ia suka pada pandangan pertamanya, Charlie Dalton yang berani merilis artikel di koran sekolah secara ilegal tentang keinginannya untuk mengubah sistem sekolah agar memperbolehkan perempuan bisa masuk Akademi Welton, hingga yang paling tragis, Neil Perry, salah satu murid terunggul di Akademi Welton, yang memutuskan untuk bunuh diri karena tidak diizinkan untuk mengejar impiannya sebagai aktor oleh ayahnya. Meskipun keputusan mereka terkesan bodoh, namun aku berpikir lain tentang betapa hebatnya frasa carpe diem tersebut mempengaruhi pikiran mereka. Bagaimana rasa pesimis Knox berubah menjadi rasa optimis sehingga bisa bersama gadis yang diidam-idamnya. Bagaimana carpe diem membuat Charlie memiliki keberanian yang besar untuk mempublikasikan artikel ilegal ke sekolahnya hingga hampir menyeretnya terusir dari sekolah. Dan pengaruh besarnya terhadap Neil, hingga ia memilih mengakhiri hidupnya dengan pistol sang ayah di malam setelah ia berhasil tampil sebagai pemeran utama dalam sebuah drama di salah satu klub drama yang ia ikuti tanpa sepengetahuan ayahnya.

Dalam film Dead Poets Society ini, kita mengenal lebih jauh tentang semangat carpe diem. Carpe diem sendiri merupakan sebuah frasa Bahasa latin yang dikutip dari buku berjudul ‘Odes’ karya Horace di tahun 23 SM. Frasa tersebut diambil dari salah satu kalimat “carpe diem, quam minimum credula postero” yang berarti, petiklah hari ini dan percayalah sedikit mungkin akan hari esok. Hal ini mengajarkan kita tentang semangat melakukan atau mendapatkan apa yang kita inginkan karena kita tidak pernah tahu apakah kita masih bisa melakukan atau mendapatkannya di hari esok.

Semangat carpe diem ini masih tetap eksis hingga saat ini. Saat ini, spirit carpe diem diartikan dengan makna lain menjadi ‘menikmati hidup’. Istilah lain dari spirit ini dikenal dengan istilah ‘YOLO’ atau ‘You Only Live Once’. Mungkin kita lebih familiar dengan istilah itu dari pada semangat carpe diem. Istilah ini bermakna seseorang harus melakukan apa saja yang ingin ia lakukan selama hidupnya, karena hidup ini hanya sekali.

Spirit carpe diem juga sebenarnya tidak bisa dipisahkan dengan materialisme Barat saat ini. Ideologi materialisme menitikberatkan segala hal pada hal yang bersifat material di atas hal lainnya. Ideologi ini mendorong bangsa barat untuk semakin berlomba-lomba dalam mengejar kesuksesan, dan semua yang berhubungan dengan materi seperti kekayaan dan uang. Tak heran jika bangsa barat berlomba-lomba untuk membangun gedung-gedung tinggi, bisnis-bisnis besar, hingga keinginan untuk menguasai dunia. Jika ditelaah, memang benar adanya jika semangat carpe diem sangat melekat pada pikiran dan jiwa materialis mereka. Pemaknaan carpe diem dengan ‘menikmati hidup’ juga mendorong pemikiran mereka untuk membebaskan diri melakukan apapun di dunia sebisa mungkin sebelum mereka terkubur di dalam tanah.

See Also

 

penulis: Indah Bunga

editor: Haikal

View Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Scroll To Top