Kaderisasi dan Pengkaderan
Assalamualaikum wr. wb. salam sehat untuk sahabat/i semua. Bagi sahabat/sahabati yang sedang dalam keadaan sakit semoga segera mendapatkan kesembuhan dari Allah SWT. Saya ingin berbagi gagasan ataupun ilmu yang saya dapatkan saat kurang lebih 2 tahun melakukan proses intelektual dan ideologis di rumah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Serta melihat fenomena yang terjadi ketika kita hanya terfokus kepada proses-proses yang ada dalam PMII, namun seringkali kita lupa untuk memberikan pemahaman perihal pengkaderan dan kaderisasi. Maka dari itu, dalam tulisan ini saya ingin berbagi keilmuan yang saya dapatkan mengenai pengkaderan dan kaderisasi.
Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah organisasi berbasis pengkaderan dan kaderisasi dalam hal berprosesnya, sebelum lebih jauh membahas kedua hal tersebut, mari kita bedah satu persatu terlebih dahulu apa sih pengkaderan dan kaderisasi? Serta apa sih perbedaan dari kedua hal tersebut?.
Pertama, pengkaderan merupakan suatu proses perekrutan atau perkenalan menganai organisasi kepada mahasiswa baru. Pengkaderan juga di definisikan sebagai suatu proses penggemblengan kepada kader dan anggota baru untuk membentuk karakter dan kualitas mereka dalam intelektual dan memberikan pemahaman ideologi dan aturan-aturan yang ada di organisasi . Sedangkan, kaderisasi berasal dari kata dasar “kader” yang berarti orang yang akan atau telah dipersiapkan serta dilatih dengan berbagai kemampuan, keterampilan dan disiplin ilmu yang ada. Makna kaderisasi secara umum adalah beberapa proses yang harus dilakukan oleh para anggota dan kader untuk dipersiapkan sebagai calon penerus yang akan memberikan kehidupan di dalam organisasi.
Fungsi dari pengkaderan hakikatnya selain merekrut anggota baru untuk menjadi regenarasi dari organisasi, juga dilakukan untuk mengenalkan seluk beluk organisasi dan dapat membentuk kader yang mempunyai kualitas bagus dan siap untuk menjalani keorganisasian dalam lingkungan yang dinamis. Fungsi kaderisasi adalah memahamkan lebih intens mengenai ilmu-ilmu umum, baik bersifat fakultatif ataupun pengetahuan mengenai ilmu-ilmu lain agar kader atau anggota baru memiliki wawasan yang luas serta memiliki kualitas intelektual yang tak kalah baik dengan mahasiswa yang tak mengikuti organisasi.
Dari pengertian dan fungsi pengkaderan dan kaderisasi dapat dilihat walaupun terdapat kesamaan, namun juga ada perbedaan. Perbedaan antara keduanya ialah ketika kaderisasi merupakan proses penggemblengan terhadap keilmuan entah dari pengetahuan ataupun organisasi, pengkaderan adalah proses untuk mengenalkan juga mwemberikan pemahaman mengenai organisasi dan befokus terhadap pembentukan mental para kader ataupun anggota baru.
Setelah mengetahui pengertian, fungsi, dan perbedaan dari pengkaderan dan kaderisasi, kita sebagai pengkader atau orang yang memberikan pemahaman serta mendampingi, mengawasi ataupun melakukan proses bersama didalamnya, mempunyai cara-cara tersendiri untuk melakukan proses pengkaderan dan kaderisasi. Sebelum membahas cara-cara pengkaderan dan kaderisasi, disini saya akan sedikit membahas mengenai “pengkader”. Sebelumnya sudah disinggung sedikit di atas, siapa dan tugas dari pengkader. Nah, pengkader memiliki peranan penting dalam melakukan proses-proses pengkaderan dan kaderisasi, mereka dituntut untuk mengetahui dan peka terhadap kader dan anggota baru yang akan atau sedang melakukan proses Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) baik dalam aspek psikologis, sosial, dan sebagainya. Inti nya para pengkader dituntut peka terhadap keadaan yang sedang dialami oleh kader atau anggota nya.
Banyak cara atau pendekatan yang dilakukan untuk pengkaderan, seperti mengetahui hoby atau kesukaan yang disukai oleh kader ataupun anggota, mengajaknya untuk nongkrong santai membicarakan hal-hal remeh-temeh namun juga sedikit demi sedikit bisa disisipi dengan membahas tentang pengetahuan mengenai organisasi PMII, agar mereka paham dan mengenali PMII lebih mendalam, melakukan penggemblengan dengan memberitahukan bagaimana mereka harus bersikap sebagai warga pergerakan yang harus peka terhadap lingkungan sekitar, melakukan pendekatan dengan mencari solusi yang tepat untuk kader atau anggota yang memiliki dinamika masalah yang sedang dilalui oleh mereka .
Proses kaderisasi memiliki dua proses yaitu proses secara formal maupun informal. Dalam jenjang kaderisasi formal terdapat beberapa tahapan kaderisasi, tahap yang paling awal dan harus dilalui oleh calon anggota adalah MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru) dalam jenjang ini para calon anggota akan diberi materi materi dasar tentang organisasi PMII dan juga ada materi tambahan yang nantinya dapat menunjang para calon anggota dalam berproses di dalam rumah pergerakan, setelah pembekalan materi, pada hari terakhir para calon anggota akan di sah-kan menjadi anggota baru PMII dengan pembaiatan, sifat dari mengikuti MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru) adalah wajib hukum nya bagi setiap calon anggota. Setelah selesai mengikuti MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru), maka proses kaderisasi selanjutnya adalah memahamkan kembali tentang materi MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru). Selain melakukan jenjang kaderisasi formal dan informal, dalam melakukan proses kaderisasi, pengkader dan pengurus mempunyai tanggung jawab lain yaitu mencerdaskan para kader dan anggota baru diluar jenjang kaderisasi formal maupun informal yaitu dengan cara melakukan diskusi di rayon, memahamkan kembali materi MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru) agar para kader dan anggota tidak melupakan materi serta agar lebih matang lagi mengenai PMII, pelaksanaan diskusi fakultatif juga disemarakkan untuk menunjang keilmuan akademik mereka ketika di perkuliahan, mereka merasa belum paham materi yang di berikan oleh dosen pengampunya, selain itu diskusi yang lain juga perlu dilakukan agar khazanah keilmuan yang dimiliki oleh kader dan anggota itu luas.
Ketika kader dan anggota bosan melakukan diskusi di rayon, maka pengkader bias melakukan variasi dalam diskusi, misal diskusi tersebut diadakan dengan santai di luar rayon, seperti di café atau warkop, atau bahkan di tempat terbuka seperti lapangan terbuka atau alun alun kota disisipi guyon guyoanan ,agar kader dan anggota mengikuti diskusi bisa dengan riang gembira.. Suasana baru membuat kader dan anggota tidak jenuh serta diskusi bisa dikemas dengan sesantai mungkin. materi diskusi dapat berupa diskusi keilmuan fakultatif, Umum, keagamaan, isu-isu hangat yang beredar. karena kita sebagai warga pergerakan dituntut untuk peka terhadap lingkungan di sekitar.
Catatan yang perlu di ingat bagi para pengkader, yakni kader dan anggota mempunyai cara berproses nya sendiri, diluar apa yang sudah para pengkader itu berikan pada mereka, Jadi ketika mereka berproses dengan cara mereka, kita sebagai pengkader hanya bisa memantau, menjadi tempat mereka berkeluh kesah, serta mengingatkan mereka ketika dirasa sudah mulai melenceng dari nilai nilai yang ada dalam PMII. Nah, ketika mereka berkeluh kesah dan memberikan saran kepada kader dan anggota kita harus benar paham apa yang mereka sampaikan, agar nantinya ketika kita memberikan saran atau nasehat yang tepat dan solutif. Dalam melakukan hal tersebut kita harus memberikan pemahaman terkait saran atau nasehat yang kita berikan agar mereka juga bisa memahami dan mengerti. saya mengutip perkataan salah satu sahabat seperjuangan saya dalam berproses ketika sedang berdiskusi mengenai topik ini di suatu malam pada meja perkopian, dia menyampaikan bahwasannya proses pengkaderan ataupun kaderisasi itu adalah sebuah seni, karena setiap pengkader mempunyai cara mereka sendiri dalam melakukan pendekatan kepada kader dan anggota.. Menurut saya kegagalan terjadi ketika pengkader telah salah memberikan sebuah pemahaman kepada kader dan anggota, serta ketika hati seorang pengkader ikut mati, dua hal tersebutlah yang menjadi gagalnya seorang pengkader dalam melakukan proses pengkaderan dan kaderisasi.
Kurang lebih itulah gagasan ataupun ilmu pengkaderan dan kaderisasi yang saya dapat kan selama saya kurang lebih 2 tahun melakukan proses di rumah pergerakan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), ketika gagasan ilmu pengkaderan dan kaderisasi yang saya tuangkan dalam tulisan ini dirasa kurang dan terdapat salah kata ataupun berbeda pendapat dengan gagasan saya, sahabat/sahabati PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) baik dari lembaga saya sendiri yaitu Rayon PMII FIB (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Fakultas Ilmu Budaya), maupun dari lembaga luar bisa mengajak diskusi saya di meja perkopian, karena saya sendiri masih dalam masa berproses didalam rumah pergerakan. dan saya ucapkan terimakasih kepada senior dan sahabat seperjuangan saya, yang selalu memberikan arahan dalam berproses, baik dari Lembaga saya sendiri maupun dari luar lembaga. Akhir kata, semangat dan seriuslah dalam melakukan proses dalam rumah pergerakan, semoga hal-hal baik senantiasa mendapingi sahabat/sahabati ketika melakukan proses dalam rumah pergerakan. Salam pergerakan!
Penulis: Akmal Rizka Wardhana
Editor: Akhlada Nauroh Nadzifah