Now Reading
Masih soal Cinta

Masih soal Cinta

Sumber: https://fashionsista.co/wallpaper/love-aesthetic-wallpapers-wallpaper-wallpaper-605f54b483c965524348de33/download/1366x768

Sebenarnya saya telah membahas persoalan cinta di tulisan sebelumnya, lebih spesifiknya cinta yang dikemas oleh hawa nafsu. Setelah membahas cinta dan hawa nafsu, pada kesempatan ini saya ingin menteoritiskan tentang makna cinta yang sebenarnya, walaupun para filsuf besar Yunani sudah membahasnya dengan teori-teori cinta versi mereka. Seperti menurut Sokrates dan Plato, cinta adalah sesuatu yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan. Melalui pengertian mereka, saya akan mengerucutkan pembahasan ini pada cinta antar lawan jenis.

Secara umum, sebenarnya pengertian sangatlah cinta. Setiap orang, termasuk saya, memiliki penafsiran cinta masing-masing. Seiring berjalannya waktu, menurut saya cinta memiliki makna yang sangat luas dan sulit untuk didefinisikan. Seperti yang saya katakan di atas, akan sulit untuk menteoritiskan cinta atau mendefinisikan cinta dengan kata yang sederhana. Beberapa definisi dan teori yang telah saya baca mengenai pengertian cinta masih menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak saya temukan titik terang jawabannya.

Mungkin masih banyak dari kalian, juga termasuk saya, yang bertanya-tanya tentang makna cinta. Seperti, “apa itu cinta?”, “apakah mencintai itu perlu alasan?”, dan “mengapa cinta terkadang menyakitkan dan indah di waktu yang bersamaan?” Saya akan menjawab ketiga pertanyaan itu. Dimulai dari pertanyaan pertama, apa itu cinta? Cinta adalah sebuah rasa ingin memiliki atau rasa membutuhkan manusia lain untuk menjadi “tempat ternyaman.” Cinta dalam definisi tersebut masih dalam tataran cinta pada umumnya. Lebih jelasnya seperti cinta kita terhadap lawan jenis, keluarga, ataupun teman. Lanjut pada pertanyaan kedua, apakah cinta membutuhkan alasan? Pertanyaan kedua ini sudah menjurus pada cinta antar lawan jenis, ya, Sobat. Perlunya alasan atau tidak dalam hal cinta ataupun mencintai memang cukup menuai perdebatan. Memang benar apa yang dikatakan Sujiwo Tejo, bahwasanya jika cinta atau mencintai masih membutuhkan alasan, itu dinamakan kalkulasi. Namun, pada kenyataannya masih banyak manusia yang dalam hal cinta dan mencintai masih membutuhkan alasan. Untuk ini, izinkan saya berpendapat, menurut saya apa yang dimaksud Sujiwo Tejo mengenai ukuran rasa cinta adalah tingkatan atau tataran perasaan seseorang dalam mencinta. Misalnya seperti cinta para sufi pada pencipta-Nya, cinta mereka tak lagi memerlukan alasan mengapa mereka harus beribadah dan mengesampingkan apa yang akan mereka peroleh setelah melakukannya.

Bisa dikatakan bahwa “cinta” atau “mencintai” masih membutuhkan alasan karena hidup dalam cinta dan mencintai itu masih saling membutuhkan satu sama lain. Nah, kebanyakan orang, khususnya kaum muda, jika masih mengatakan bahwasan nya cinta tak membutuhkan alasan, itu adalah bulshit!, mengapa demikian? Karena saat mereka mengatakan hal tersebut, mereka sedang pada masa-masa awal mencinta .  Pada tataran cinta terendah atau dasar, seseorang yang mencinta pada tingkatan ini masih membutuhkan alasan. Alasan-alasan itu bisa jadi muncul karena ada rasa selalu nyaman saat dekat dengan sang kekasih, senang mendengar kabarnya, tenang jika melihat senyum dan wajahnya, dan lain sebagainya. Namun, berbeda lagi dengan yang saya katakan di atas mengenai cinta pada tingkatan yang tinggi. Seseorang yang telah mencapai tingkatan ini memiliki perasaan cinta yang tidak beralasan.  Bisa dikatakan bahwa cinta yang dimilikinya adalah cinta yang ikhlas, atau perasaan cinta yang murni tanpa rasa pamrih.

See Also

Selanjutnya saya akan menjawab pertanyaan terakhir, mengapa cinta terkadang menyakitkan dan indah di waktu yang bersamaan? Tak bisa dinafikan memang, bahwasannya dalam mencintai akan ada dua sisi rasa yang dihasilkan, menyakitkan dan indah (membahagiakan).  Pepatah mengatakan, “jika kamu mencintai seseorang maka kamu harus siap juga dengan rasa sakitnya”. Namun, bagaimana kita menyikapi kesakitan itu? Seperti yang terjadi dalam banyak peristiwa, seseorang ditinggal menikah oleh kekasihnya. Orang tersebut pasti akan merasakan kesakitan dalam cinta. Jika hal itu terjadi pada kalian, tanggapilah hal itu dengan berlapang dada. Karena mungkin rasa bahagia sang kekasih bukan pada diri kalian. Menyikapi dengan cara yang seperti ini akan membawa kalian pada pengalaman mencintai dengan tingkatan rasa cinta yang tinggi. Sama halnya dengan perselingkuhan, perasaan cinta yang kalian berikan akan berakhir menyakiti hati sendiri. Jika sudah merasa kesakitan dalam mencinta, jangan sampai kalian tetap bersikukuh ingin mempertahankannya. Sadarlah bahwa dia yang kalian cintai tidak menemukan kebahagiaan saat bersama kalian. Cobalah untuk mengikhlaskan.

Dari pembahasan di atas saya menyimpulkan, cinta adalah sebuah rasa yang dimiliki oleh setiap manusia di mana mereka mempunyai rasa ingin memiliki, menjaga, serta melindungi terhadap manusia yang lain. Cinta bisa mengantarkan kita pada kebahagiaan sejati melalui orang terkasih. Cinta mengajarkan kita tentang menghargai kebahagiaan yang dimiliki oleh sesama. Dan cinta juga mengajarkan bagaimana kita bersikap dewasa. Setiap manusia yang diciptakan oleh-Nya berhak mendapatkan kebahagiaan merasakan betapa indahnya cinta dan mencintai. Mungkin cukup sampai di sini pendefinisian makna cinta versi saya. Para sobat pembaca boleh setuju dengan apa yang saya tuliskan ini. Jikalau tidak setuju juga tidak mengapa. Mungkin selanjutnya bisa kita diskusikan kembali di tempat perkopian Prosalina atau tempat ngopi yang lain, hehehe. Waktu saya cukup luang untuk kita berdiskusi mengenai perasaan cinta manusia. Akhir kata, selamat menikmati dunia percintaan kalian masing –masing, atau zaman sekarang bahasa kerennya bucinisme. Salam cinta dari saya untuk dia dan kalian (emoji senyum pakai love). Terima kasih.

View Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Scroll To Top