Now Reading
Membedah Taktik MU Musim 2022/2023

Membedah Taktik MU Musim 2022/2023

Setelah melewati renungan panjang dan dorongan dari senior-senior yang terhormat, akhirnya saya memutuskan untuk menulis opini mengenai pertandingan-pertandingan sepak bola di Eropa (red: Manchester United). Penulisan tema semacam ini di Matapena mungkin menjadi break the record  karena memang sebelumnya Matapena selalu dihiasi oleh  sajak-sajak indah ataupun opini serta kritik mengenai dunia perpolitikan. Hal inilah yang sebenarnya agak mengganggu langkah saya untuk menulis tema yang sungguh bertolak belakang dengan tradisi penulisan di Matapena. Beruntung ada senior-senior yang meyakinkan dan terus mendesak untuk menulis dan menghiasi Matapena yang telah lama sepi dari tulisan-tulisan indah para mahasiswa.

Perlu diketahui bahwa opini-opini liar yang saya tulis sangatlah subjektif dan dipenuhi istilah-istilah taktikal yang mungkin tidak banyak diketahui oleh pembaca. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk membuat tulisan ini.  Saya akan membedah taktik Manchester United beserta keterangan-keterangan pada istilah yang saya gunakan untuk mempermudah pembaca memahami apa yang saya tulis  di kemudian hari.

Rasanya tidak perlu saya jabarkan lagi mengenai sejarah klub ini. Ya, Manchester United (MU), saya yakin hampir semua orang sudah mengetahuinya. Untuk itu, pada tulisan ini akan langsung saya bahas mengenai taktik MU. Sejak diasuh Erik Ten Haag, MU menggunakan formasi dasar 4-2-3-1 dengan double pivot (red: menggunakan dua pemain yang berperan sebagai penghubung lini bertahan dan lini serang, biasanya berada di posisi gelandang bertahan alias DM), seperti yang terlihat di gambar 1.

Gambar 1 Formasi 4-2-3-1 Manchester United dengan double pivot

Penggunaan formasi ini tergolong sangat  nyaman dan aman bagi MU dengan squad yang sangat riskan dalam hal konsistensi. Sebab, dengan pemasangan double pivot, lini tengah MU menjadi terbilang rapat sehingga mencegah lawan untuk mengeksploitasi setengah lapangan MU. Meskipun dalam formasi ini dua gelandang (pemain tengah) MU terlihat sejajar, tetapi ketika masuk dalam pertandingan dalam posisi build up (membangun serangan), gelandang berposisi DM, yang dalam formasi ini diperankan oleh Casemiro, bermain sedikit ke belakang untuk menghubungkan aliran bola dari pemain bertahan (bek) ke Eriksen yang berposisi sebagai CM yang bermain di tengah untuk menjaga kerapatan antar lini serta menginisiasi serangan. Oleh karenanya dalam posisi ini, gelandang dengan karakteristik kreatif dalam mencari ruang serta memiliki kualitas passing (operan) yang baik sangat dibutuhkan. Sedangkan di lini depan fungsi Bruno yang berposisi sebagai Attacking Midfielder (AMF) atau gelandang serang ialah mencari dan membuka ruang ketika tidak memegang bola dan melakukan inisiasi lanjutan ketika memegang bola. Bruno juga sering melakukan tendangan jarak jauh ketika lawan memiliki kerapatan yang menyulitkan baginya untuk melakukan umpan terobosan (through pass) kepada striker untuk melakukan penyelesaian akhir. Sementara itu dalam fase build up serangan, Ten Haag merubah pola permainan yang awalnya dari kiper melakukan long pass ke depan berubah menjadi short pass ke pemain bertahan (defender) untuk selanjutnya bola dialirkan ke depan melalui gelandang atau apabila lini tengah di tutup ruangnya oleh lawan, seringkali melalui fullback atau bek sayap.

Gambar 2 Ilustrasi kinerja formasi 4-2-3-1 MU dengan double pivot.

Seperti pada contoh gambar 2 di atas, saat defender turun ke belakang untuk menerima short pass dari kiper untuk selanjutnya mengumpan ke pemain yang dalam posisi ruang kosong. Dalam fase ini, biasanya salah satu full back sering naik dan satunya turun (entah itu bek kanan maupun bek kiri) untuk menggagalkan pressing (tekanan) lawan yang sering kali mencoba menggagalkan fase build up dan berakhir fatal. Seperti contoh pada ilustrasi di gambar 2, ketika build up bermula dari Shaw yang merupakan left back (bek kiri) lalu mengumpan ke Sancho ataupun Eriksen untuk melakukan inisiasi serangan. Seperti yang saya katakan tadi, bahwa dasar formasi ini ialah variasi serangan. Sehingga dalam fase build up, serangan sangat kondisional, tergantung space atau ruang yang terbuka dan kekreatifan pemain dalam melakukan through pass atau terobosan. Biasanya, apabila build up dilanjutkan kepada gelandang sayap, baik Sancho ataupun Antony, seringkali full back ikut naik untuk terus mengalirkan bola hingga masuk ke sepertiga lapangan lawan. Hal ini dalam sepak bola modern dikenal dengan nama Inverted Fullback. Variasi build up serangan semacam ini sangat efektif ketika menghadapi lawan yang menggunakan formasi pressing, dengan catatan pengambilan keputusan yang baik dan kualitas passing antar lini yang bagus. Formasi yang bisa dibilang sangat efektif untuk meng-counter pola permainan pressing tinggi yang saat ini menjadi tren dalam sepak bola modern.

Sekian opini liar saya soal bedah taktik Manchester United yang kebenaran nama ataupun istilahnya hanya sekadar yang saya ketahui. Tunggu opini liar lainnya yang mungkin akan membedah mengenai jalannya pertandingan terutama dalam pertandingan Manchester United. Terima kasih.

Salam Olahraga! Salam Pergerakan!

 

Penulis: Refaga Dwi Bayu Saputra

Penyunting: Rizqi Hasan

Ilustrasi: Rizqi Hasan

View Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Scroll To Top