Mata Pena adalah media sosial informasi di bawah pengelolaan Badan…
Untuk mengawali bahasan ini, marilah kita ketahui bahwa Revolusi Industri diartikan sebagai sebuah perubahan secara besar-besaran di berbagai bidang kehidupan manusia. Seperti manufaktur, pertanian, pertambangan, transportasi, serta teknologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan-perubahan yang terjadi akan memiliki sebuah dampak pada kondisi ekonomi, sosial dan budaya yang ada di dunia khususnya Indonesia. Revolusi Industri sendiri sudah memasuki empat tahap, dimulai pada abad ke-18 dan terus berkembang hingga sekarang, abad ke-21. Mungkin bagi sebagian dari kita sudah tidak asing lagi mendengar istilah revolusi industri 4.0, pembahasan yang selalu terlihat seksi sekaligus hangat diperbincangkan oleh masyarakat saat ini.
Sebelum kita mengenal lebih dalam mengenai revolusi industri 4.0, ada baiknya jika kita mengetahui bahwa revolusi industri pertama kali terjadi pada abad ke-18 di Britania Raya, ditandai dengan ditemukannya sebuah mesin uap. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadilah revolusi industri yang kedua dimana teknologi mesin uap mulai bergeser dan digantikan dengan elektrifikasi atau listrik. lalu revolusi industri ketiga pun berlanjut ketika ditemukannya komputer, hingga sekarang terbentuklah revolusi industri keempat yang ditandai dengan ditemukannya internet beserta teknologi digital yang super canggih saat ini. Di Indonesia sendiri, perkembangan teknologi dan informasi terjadi begitu cepat. Sehingga di pelbagai bidang industri, yang sebelumnya masih mengandalkan tenaga manusia dalam proses produksi barang, namun era saat ini barang di buat secara masal dengan menggunakan mesin dan berteknologi canggih.
Bidang transportasi pun, kini sudah dilengkapi dengan aplikasi online lewat android yang, sebutlah ojek online, semua masyarakat tidak usah ribet cari ojek secara manual untuk mobilisasi, hanya tinggal menjalankan android dan membuka aplikasi, maka ojek online akan datang. Bahkan dari bidang pertanian, yang dulunya masih membutuhkan tenaga manusia, sekarang sudah disulap dengan adanya beberapa mesin canggih yang mempunyai fungsi tersendiri. Tidak dapat dipungkiri, perlahan-lahan semua sudah beralih ke arah digital. Sehingga interaksi antara manusia dan teknologi sudah tidak bisa terelakan lagi. Semua memenuhi kebutuhan diri sudah tersedia secara digital, mulai dari jual-beli, hingga transaksi pembayaran sudah bisa di akses melalui online dengan android yang ada di genggaman masyarakat saat ini.
Semakin majunya teknologi diharapkan generasi milenial bisa mempunyai skill untuk mengahadapi perubahan yang terjadi di era 4.0 saat ini. Bahkan sebagai kader PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) harus mampu progresif, pintar bermedia, dan melek teknologi. Tetap mempunyai variasi sendiri mengembangkan suatu media untuk hal-hal yang positif dan menguntungkan.
Menyikapi peran dari PMII di tengah revolusi industri 4.0 adalah sebagai wadah kader yang potensial dan militan dalam agen perubahan, dari sebuah perubahan yang begitu cepat. PMII sebagai organisasi kaderisasi harus membuat langkah-langkah bervariasi untuk meningkatkan pengetahuan kadernya dalam mengasah pola pikir, public speaking, dan komunikasi yang tepat.
Kemudian harapan kedepanya, kader PMII tetap menjadi garda terdepan yang bisa menyampaikan argumen-argumennya dalam menyikapi permasalahan yang ada di sekitar kita dan diharapkan mampu mengabdi pada masyarakat. Di era revolusi industri 4.0 saat ini, ada 3 kunci keberhasilan pada kader PMII untuk mampu berdaya saing; menekankan kreativitas, inovatif dan mempunyai jiwa entrepreneurship. Oleh sebab itu, langkah demi langkah harapan PMII ke depan yakni menyeimbangkan aspek tersebut dengan mengkonsep secara jelas dalam mengadakan suatu kegiatan yang terus berkelanjutan untuk mengasah tiga kunci itu. Seperti mengadakan kegiatan wirausaha, menciptakan sebuah barang baru atau karya dan berinovasi yang nantinya bisa bersaing dengan produk lainnya.
Memang di era sekarang, para kader harus mampu kreatif dan berinovasi sendiri dalam mewujudkan suatu kegiatan yang produktif dalam menghasilkan kemampuan. Membuat ide baru dan kreatif serta mampu berdaya saing.
Oleh: Muhammad Afifuddin (Koordinator KIPMII)
Mata Pena adalah media sosial informasi di bawah pengelolaan Badan Semi Otonom Media Informasi (BSOMI) yang mewadahi tulisan para kader PMII, khususnya Rayon Ilmu Budaya Universitas Jember. Sebuah media alternatif dengan konten literasi yang beragam namun, tetap terkupas melalui sisi pergerakan. Rayon PMII Ilmu Budaya dengan basis pengetahuan sastra, seni, dan budaya tentu tidak akan jauh dan lepas dari wacana tersebut. Tiga kunci yang menjadi modal dasar kaderisasi dan pengembangan kader. Oleh karena itu, Mata Pena hadir sebagai sarana media literasi. Salam literasi! Salam Pergerakan!