Mengangkat Tradisi Ruwat, Teras FIB Unej Selenggarakan Pagelaran Tari dan Sarasehan Budaya
Mata Pena adalah media sosial informasi di bawah pengelolaan Badan…
Jember – Selasa (13/08/24), komunitas Teater Rayon Sastra (TERAS) sukses menyelenggarakan Pagelaran Tari Karuwat dan Sarasehan Budaya di Pasar Lumpur, Ledokombo. Acara ini menampilkan kolaborasi tarian yang mencerminkan nilai-nilai kebudayaan lokal dalam tradisi rokat dan ruwat yang berasal dari Madura dan Jawa.
Acara dimulai tepat pukul 16.30 WIB, dengan dihadiri oleh beberapa komunitas kesenian di Jember, mahasiswa KKN Kolaboratif, dan masyarakat lokal. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia raya yang dilanjutkan dengan sambutan ketua PIC dan perwakilan Tanoker.
Dalam rangka menjaga dan memperkenalkan kebudayaan lokal. Acara ini dirancang tidak hanya sekedar menjadi pagelaran, tetapi juga tempat untuk menambah wawasan. Dengan melibatkan Larasati Dewi sebagai koreografer dari tari Karuwat dan Akhmad Taufik, Dosen sekaligus Sastrawan dari Jember.
Melalui pagelaran tari karuwat, penonton disuguhkan dengan penampilan memukau yang menggambarkan keindahan dan keunikan tradisi rokat dan ruwatan melalui gerak tari serta alunan musik. Transisi ciamik disetiap gerakan, mampu memberikan energi positif, menciptakan pengalaman yang luar biasa dan menarik bagi penonton.
“Ruwatan, di situ saya hanya mencari esensialnya saja, karena tarian ini awalnya difokuskan untuk persiapan lomba “Pekan Seni Mahasiswa Nasional”. Saya membantu tim TERAS itu hanya 5 hari dan kita mengerjakan tarian ini di Pendopo FIB UNEJ. Saya hanya fokus dalam bentuknya. Karena keterbatasan waktu jadi kita langsung membuat koreonya seperti apa, mana yang harus diubah dan menyesuaikan dengan tradisi ruwatan, serta properti yang dibutuhkan.” terang Laras, koreografer Tari Karuwat.
Selain itu, sarasehan budaya juga menjadi salah satu bagian penting dari acara ini, dengan mengangkat tema “Ruwatan Penyempurna Wawasan”, diharapkan acara ini tidak hanya sekedar menjadi tontonan tetapi juga dapat menambah wawasan seputar kebudayaan dalam melestarikan dan menjaga tradisi-tradisi lokal, khususnya dalam tradisi rokat dan ruwatan.
Ruwat dan rokat merupakan tradisi masyarakat Jawa dan Madura yang dilakukan orang tua terhadap anaknya sebelum menikah agar terhindar dari bala’. Umumnya anak yang dirokat atau diruwat adalah anak tunggal, anak ketiga perempuan semua, sepasang anak laki-laki dan perempuan
“Eksistensi dari ruwatan adalah ingin membuang sial untuk seorang anak yang mempunyai hambatan-hambatan secara spiritual. Bentuk ekspresi kultural masyarakat itu kan bermacam-macam, bisa dalam bentuk ritual, tarian, relif, puisi , prosa.” Ungkap Taufik.
Melalui sarasehan budaya, penonton diberikan kesempatan secara langsung untuk dapat berdiskusi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kebudayaan, khususnya dalam tradisi rokat dan ruwatan yang menjadi inspirasi dari terciptanya tari Karuwat.
Sampai akhir, acara berjalan dengan lancar dan meriah, antusiasme tamu undangan manambah kemeriahan acara pagelaran. Setelah foto bersama, Tepat pukul 17.45 acara ditutup dengan pembacaan doa.
Penulis: Dewi Puji Lestari
Penyunting: Slamet Hariyadi
Foto: Dias (Volunteer)
Mata Pena adalah media sosial informasi di bawah pengelolaan Badan Semi Otonom Media Informasi (BSOMI) yang mewadahi tulisan para kader PMII, khususnya Rayon Ilmu Budaya Universitas Jember. Sebuah media alternatif dengan konten literasi yang beragam namun, tetap terkupas melalui sisi pergerakan. Rayon PMII Ilmu Budaya dengan basis pengetahuan sastra, seni, dan budaya tentu tidak akan jauh dan lepas dari wacana tersebut. Tiga kunci yang menjadi modal dasar kaderisasi dan pengembangan kader. Oleh karena itu, Mata Pena hadir sebagai sarana media literasi. Salam literasi! Salam Pergerakan!