Now Reading
MU Menang Tapi Tak Lolos, Mari Berdoa Saja…

MU Menang Tapi Tak Lolos, Mari Berdoa Saja…

Yo… setelah tulisan perdana saya soal bedah taktik Manchester United (MU) asuhan Erik Ten Haag terbit di Matapena, kali ini saya akan coba membedah sekaligus menganalisis jalannya laga antara Real Sociedad vs Manchester United. Pertandingan ini merupakan lanjutan dari UEFA Europa League (UEL) atau daripada repot mengeja basa Enggres,  sebut saja dengan “Liga Malam Jumat”. UEL merupakan kompetisi kasta kedua Piala Liga Eropa, satu kasta  di bawah UEFA Champions League (UCL). Syarat sebuah klub untuk dapat masuk ke UEL ini adalah, dia harus menduduki peringkat 5 dan 6 di liga lokal pada akhir musim.

Laga yang mempertemukan Real Sociedad vs MU ialah laga penentuan juara grup sekaligus lolos ke babak berikutnya, yaitu babak 16 besar. Sebab, kedua klub berada pada peringkat 1 (Sociedad) dan 2 (MU) dengan selisih 3 poin. Match ini berakhir dengan kemenangan Manchester United atas Real Sociedad dengan skor 1 – 0, tetapi kemenangan ini  rasanya sia-sia. Sebab memang dari awal, target MU untuk bisa menyalip Sociedad ialah menang dengan minimal 2 gol karena aturan head-to-head. Karena pada pertemuan pertama MU kalah 0 – 1, dan ketika head-to-head golnya sama, maka penentuan juara grup didasarkan pada selisih gol. Ini menyebabkan lolosnya Sociedad ke babak 16 besar karena menang selisih jumlah gol seluruh match dari MU.

Gambar 1 Formasi MU saat melawan Real Sociedad

Yah… meskipun sedikit badmood dan kecewa karena MU tidak lolos ke fase 16 besar, saya akan tetap mencoba menganalisis secara subjektif jalannya match yang menyebalkan ini. Seperti yang terlihat dari ilustrasi gambar 1, MU membuka match dengan formasi dasar 4-2-3-1 seperti biasa. Terlihat ada rotasi pemain dengan masuknya Van de Beek dan Lindelof ke starting line-up menggantikan Varane dan Antony yang tengah cedera. Pada match kali ini, Bruno yang biasa berposisi sebagai AMF atau gelandang serang bermain ke kanan sedang posisinya diganti Van de Beek. Pada 15 menit awal laga, bola praktis didominasi Sociedad dengan pressing lini depan yang menyulitkan distribusi bola para pemain MU yang mencoba build-up serangan dari lini belakang. Pressing ketat Sociedad memaksa MU bermain direct pass (operan lambung) ke depan yang membuat prosentase kehilangan bola sangat tinggi. Bahkan gol MU yang dicetak Garnacho merupakan hasil dari direct pass De Gea ke depan dan di-end pass (umpan akhir) Ronaldo ke Garnacho.

Sociedad bermain sangat cerdas dengan mencoba merapatkan lini tengah (yang merupakan lini yang paling intens untuk MU melakukan build-up serangan). Hal ini dapat dibilang berhasil karena aliran bola MU dari belakang ke tengah selalu terhambat oleh rapat dan ketatnya pressing lini depan dan lini tengah Sociedad. Praktis sampai akhir babak pertama, permainan didominasi Sociedad dengan pressing-nya yang menyulitkan fase build-up MU.

Pada babak kedua, permainan kedua tim baik MU maupun Sociedad dapat dibilang masih sama dengan babak pertama. Bahkan, Sociedad bermain sangat disiplin dengan menutup ruang-ruang kosong di belakang untuk mengatasi terjadinya gol seperti babak pertama, yang terjadi karena telatnya Sociedad dari pressing depan ke transisi bertahan. Memasuki menit 70-an, MU terlihat sangat ngotot untuk menambah jumlah golnya dengan mengganti Lindelof yang merupakan bek tengah dengan Mc-Tominay yang merupakan gelandang. Pergantian ini bertujuan untuk menambah jumlah pemain tengah sehingga tidak kalah jumlah dengan lini tengah Sociedad. Namun, pergantian ini juga sepertinya tidak terlalu berpengaruh karena Sociedad kali ini bermain lebih ke belakang (semi-defensive) dan mengendurkan pressing-nya, sehingga benar-benar menyulitkan MU untuk memainkan umpan pendek satu-dua karena lini tengah rapat dan belakang sangat rapat. Memasuki menit 80-an, MU mencoba berfokus terhadap direct pass dan berharap adanya ruang atau kesalahan pemain Sociedad dari umpan-umpan lambung yang memang sangat sulit, dan saya kira kreatifitas pemain MU untuk menciptakan peluang dapat dikatakan sangat buruk pada match ini. Ada hal unik disini, saat “sang lord” kita, Haji Maguire (yang merupakan bek tengah), pada menit 84-an masuk sebagai pengganti dan berperan sebagai penyerang menyanding Ronaldo, yang menurut saya berfungsi untuk menyapa umpan-umpan lambung—dan nyatanya tetap tidak berbuah gol lagi sampai  akhir match.

Kesimpulan dari saya, permainan MU terlihat sangat membosankan. Terlebih kreativitas para pemain dapat dikatakan minim dalam menciptakan peluang. Meskipun lini belakang sangat solid, tapi lini depan sangat bapuk sehingga peluang-peluang emas tidak dapat diselesaikan dengan baik. “Abang GOAT” kita bermain bapuk seperti biasanya dan yah…  usia memang tidak bisa bohong. Peran Bruno sebagai sayap juga saya bilang sangat kurang karena sangat membatasi Bruno dalam hal mengkreasikan peluang serta sudut yang sempit untuknya membuka ruang. Hasil ini membuat MU dipaksa puas berada di posisi runner-up grup E dan melanjutkan ke sistem gugur, yang lawannya ialah buangan dari kasta tertinggi UCL (klub peringkat 3 di grup UCL) antara Barcelona, Juventus atau Ajax dan klub buangan lain. Sekian ulasan amburadul ini, mari berdoa bersama semoga MU tidak langsung ketemu Barcelona, Juventus, ataupun Ajax  di sistem gugur, biar nanti di final saja. Aamiin.

 

Penulis: Refaga Dwi Bayu Saputra

Penyunting: Rizqi Hasan

Ilustrasi: Rizqi Hasan

View Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Scroll To Top