Now Reading
Pancasila dalam Lacakan Berbangsa dan Bernegara

Pancasila dalam Lacakan Berbangsa dan Bernegara

Hari Sabtu 2 Juni 2018, di Oase (Kopi dan Literasi) Jalan Semeru Gang Lembah Permai 1B. PMII Rayon Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember mengadakan kegiatan diskusi memperingati Hari Lahir Pancasila pada tanggal 1 Juni 2018, walau terlewat 1 hari harum kewangi momen ini tidaklah hilang pada esensinya, yang membuatnya hilang adalah ketika hari-hari mendekte ritual aktivitas ke dalam ke-apatisan pemikiran pada memoar sejarah yang terjarah oleh matra milenial “itu urusan yang hidup dulu”, bangsaaaat.

Manusia tercipta lewat sejarah, kalau sejarah sudah terlewat lantas dimana jalan kebenarannya, apakah qoutes “Jangan sekali-kali melupakan sejarah” (Ir. Soekarno) hanya sakti pada zamannya, itu urusannmu (kuat dilakoni ora kuat ditinggal ngopi) asal jangan ditinggal rabi, heheheee.
Kembali pada dimuka acara tadi dimuat dengan serangkaian pameran puisi dan diskusi, lewat kesadaran kolektif yang hidup di dunia pergerakan dalam memantapkan keilmuan dan kepekaan sosial lewat jalan yang masih relevan inilah ihwal niatan ngopi menghasilkan filosofi kelahiran acara ini (sedikit membuat sejarah).

Ketika jam kepastian pamflet terlewati, mereka para pecandu intelektual muda masih berada di geografis post kontrakan-kosan masing-masing, itu tak dapat dipungkiri. Yang terpenting adalah nilai filosofis diri yang mau beranjak dari panggilan nurani menuju jalan kebenaran hati. Celoteh ini hanya sedikit pengantar ke medium ruang aplikatif keberadaan diskusi.

Paparan pemantik diskusi sahabat Aminullah mengajak forum kembali pada zaman dahulu demi memberi tahu bahwa Pancasila yang tergali oleh para pemikir bangsa sudah terlebih dahulu di diskusikan jauh-jauh hari sebelum surat pidato ke tuan yang mulia paduka Jepang disodorkan oleh bung Karno. Berarti niatan para founding father sudah ada sejak indonesia merdeka dengan konsep filosofis melalui perasan keberagaman lintas tanah air yang nantinya menumbuhkan rasa kebangsaan dengan akar nasionalisme sejati.

Ketika terjajah oleh bangsa asing dengan menu kapitalisme dan imprealisme seluruh penjuru Nusantara remuk bagai bom waktu, yang diletuskan pada peta produktif alam nusantara ini memang menjadi tujuan utama bangsa asing dalam lawatannya di Hindia-Belanda dulu, menindas lewat sistem kolonialisme kapitalis-imprealis yang bom bastis pada zamannya, namun itu bukan teroris mileneal.

Kepekaan dan lacakan sejarah yang sistematis sangat diperlukan dalam memformulasikan bahan-bahan suara yang tertindas oleh bangsa sendiri atau bangsa asing. Era pembangunan hari ini berjalan bagaikan bunga rampai, indah dimata tapi dilema dipustaka. Sebuah zaman memiliki jiwa zamannya yang terbentuk oleh peradaban rakyat dan penguasa, kebijakan menentukan perihal langkah kemajuan negara.

See Also

Sektor perekonomian merupakan landasan berpijak dalam menunjang hajat hidup masyarakat, ketika sistem ini mampu memberikan kesejahteraan ini mungkin bisa dikatakan final, tapi-tapi ini hanya utopis. Keberadaannya teramat berwajah ganda hingga penguasa dan pengusaha bersatu dalam nasionalisme kapitalis, persoalannya ialah keberpihakan pemerintah dan investor terhadap rakyat atau golongan.

Masalah ekonomi tidak lepas dari kemanusian dimana tanpa ekonomi yang memadai rakyat akan lapar karena tidak ada yang mau dimakan. Kalau kita refleksi lagi bahwa lima azas Pancasila mengandung budi luhur hasil penghayatan dari fenomenalogis keadaan sosial. Dengan adanya keadaan sosial yang tidak berprikeadilan pada masa itu maka Pancasila lahir sebagai pegangan dan ideologis dalam berbangsa dan bernegara untuk membidik persatuan, keutuhan tanpa perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan diberbagai sektor bagi seluruh rakyat Indonesia.

View Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Scroll To Top