Now Reading
Potret Buram Pendidikan

Potret Buram Pendidikan

Mimpi Pendidikan Berkualitas di Tengah Anggaran yang Mengkhawatirkan

 

Pendidikan berkualitas di Indonesia masih jauh dari mimpi dan harapan, terutama ketika menyoroti anggaran pendidikan yang selalu menjadi perbincangan hangat. Tahun ini, kasus anggaran pendidikan kembali mencuat, rumor efisiensi anggaran menggemparkan mahasiswa penerima KIP dalam menjalankan pendidikan.

Di satu sisi, alokasi dana pendidikan yang besar, mencapai ratusan triliun rupiah. ironisnya, angka fantastis ini tidak sepadan dengan peningkatan kualitas pendidikan secara signifikan. Tidak sedikit mahasiswa menyalahgunakan anggaran pemerintah yang diberikan untuk kebutuhan kuliah. Tidak juga adanya solusi oleh pihak yang meloloskan, justru dibiarkan tanpa tindakan. Padahal rumor mahasiswa hedonis jelas nyata adanya di media sosial. Terang-terangan cenderung pamerkan gaya hidup selama kuliah bukannya prestasi atau kegiatan kreativitas penerus bangsa.

Isu paling mencolok dari efisiensi anggaran adalah masalah pencairan dan dampak beasiswa pemerintah terhadap kualitas pendidikan bagi yang benar-benar membutuhkan. Keterlambatan pencairan beasiswa menjadi cerita yang berulang, membuat mahasiswa kesulitan membayar biaya hidup dan kuliah. Ironisnya, beasiswa seharusnya menjadi penyemangat, justru menjadi mimpi buruk bagi sebagian mahasiswa.

Efisiensi anggaran beasiswa bukan hanya sekedar masalah administratif. Dampaknya jauh lebih besar, merusak mimpi dan masa depan generasi penerus bangsa. Mahasiswa khawatir akan masa depan yang diimpikan. Namun, ancaman efisiensi lebih tepat untuk mengidentifikasi anggaran dana pemerintah untuk mahasiswa yang benar-benar berpotensi baik dan berkontribusi positif bagi masyarakat dan negara. Bukan sebaliknya, alih-alih hamburkan anggaran untuk mahasiswa hedonis tanpa niat memajukan potensi sumber daya di Indonesia.

Pemerintah daerah dan perguruan tinggi dalam seleksi anggaran bantuan pendidikan terlalu fokus pada nilai akademik yang jelas bukanlah jaminan kecerdasan dan potensi positif mahasiswa untuk masyarakat. Mahasiswa lebih berpotensi melalui non akademik lumrah diabaikan. Selain akademik, kriteria penerima beasiswa pemerintah fokus pada hasil survei rumah, ekonomi kelas bawah, termasuk pendapatan orangtua yang diseleksi sebagian. Sehingga kurang efisien mengambil keputusan, padahal sebagian dari calon penerima bantuan pemerintah memalsukan identitas asli demi tambahan saku selama kuliah. Alangkah minimnya etika dan kesadaran penerus bangsa yang diharapkan negara tersebut.

Lemahnya pengawasan dari pihak kampus dan kurangnya transparansi dalam pengelolaan anggaran juga menjadi celah bagi mahasiswa untuk menyalahgunakan dana beasiswa, akibatnya banyak lulusan kuliah yang kurang berkualitas meningkatkan sumber daya. Kurang efektif menjalankan amanah kerja, dampaknya kini pekerjaan sekedar aktivitas penunjang bulanan dengan gelar sarjana kebanggaan.

Mengenaskan, kabar efisiensi anggaran beasiswa untuk pendidikan membuat penerima beasiswa pemerintah tersadar dan bergerak aktif menolak adanya efisiensi anggaran dengan alasan dampak buruk. Ironisnya, kesadaran tersebut tidak digunakan juga dengan menggunakan anggaran sebaik-baiknya pelajar. Namun, ada sebagian penerima beasiswa pemerintah tersebut tergolong dengan mahasiswa aktif kegiatan kampus, kreatif, dan berpotensi baik untuk masyarakat dan negara terlebih penerus bangsa yang diharapkan Indonesia.

Mahasiswa penakluk mimpi generasi emas sedang khawatir darurat, masa depan cerah yang dijanjikan negara meragukan adanya. Pendidikan kembali ditakutkan, dianggap hanyalah alternatif penunda pengangguran yang dibayar hidupnya dan diabaikan setelah pendidikan selesai. Tidak salah jika generasi selanjutnya ragu kuliah dan memanfaatkan kesempatan untuk menggunakan anggaran pemerintah yang disediakan, alih-alih memiliki bekerja keras karena jelas menghasilkan uang.

See Also

Namun, tidak jarang ditemukan kebiasaan penyalahgunaan anggaran beasiswa pemerintah justru dijadikan impian oleh kaum ekonomi bawah demi sebuah perubahan status sosial kemiskinan yang melekat dalam diri dan keluarga. tidak salah juga tidak benar adanya keputusan tersebut. Langkah pemerintah, pihak kampus dan kesadaran penuh bagi mahasiswa penerima bantuan pemerintah tersebut kedepannya diharapkan bijaksana dan adanya evaluasi serta solusi perlu ditingkatkan demi ketaatan dan kebaikan bersama. Sehingga generasi terbaik selanjutnya tidak khawatir tanpa ragu untuk bermimpi tentang masa depan yang diinginkan dan kesadaran penuh tanggung jawab menjadi mahasiswa yang berguna untuk masyarakat dan negara.

 

Penulis: Nadiyah

Ilustrasi: Murni

View Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Scroll To Top