Now Reading
Puisi-puisi Desti Sagita

Puisi-puisi Desti Sagita

Kau

Hujan tak reda
tanpa aba-aba
seperti Kau,
yang jatuh dalam ketidakpastian.

Hujan datang
menjalar perlahan
pun sama dengan Kau,
merambat lurus dalam pikiran.

Gemuruh riuh rintiknya
ditemani dinginnya angin
kan juga Kau,
membasahi pipiku yang kering.

Adakah semacam pawang hujan
aku mau satu
agar Kau,
tak kacau
dalam akalku.

 

Sebuah Kota, Yang Ada Hanya Mereka Berdua

Ah sialnya
jebakan hiruk pikuk kota
kilau terang menyilaukan mata
indurasmi pun menyinari ricuhnya.

Lengking sirine sibuk menguak sepi
melerai-lerai
banjir deraian manusia
sungguh malang.

Ku tolehkan kepala ke arah jam sembilan
sepasang kekasih menikmati malam
sungguh tak adil
mereka bercumbu rayu sedang wajahku masam karena kota ini.

Lebih-lebihnya
mereka tak memikirkan jam pulang
tak memikirkan sebelah mereka jadi lautan manusia
tak memikirkan jari-jari tangan yang keluh.

Yang ada hanya mereka berdua, mixue, indah malam, dan percakapan manis.

Cukup lucu, lainnya toping bumi, termasuk aku.
Tapi, kurang baik apa? mereka beradu rayu, aku yang mau.
Namun, baik dan iri jadi satu sekarang,
bisakah aku dan kamu seperti itu? menikmati perjalanan kota tanpa mau tau ricuhnya. Tanpa mau tau keadaan kota yang sebagimana bentuknya.
Yang ada hanya kita berdua, saja,
bukan mereka.

 

Oh Juli

Oh Juli …
tak ada yang lebih indah
kecuali singgah mu kala itu
seakan sudut bumi
memang menggariskan untukku,
maukah kau?

See Also

Oh Juli …
“tebak siapa aku?”
satu dua tiga tebakan
kan ku jawab dengan senang hati.

Oh Juli …
tak pernah kau meminta izin
menebak-nebak pintamu
seperti peramal
senang menggoda dalam menjawabnya

Kukemas sungguh baik sekali,
dalam bentuk pantai
dalam bentuk musik
dalam bentuk film
dalam bentuk buku
dalam bentuk kucing
dalam bentuk mie goreng
dalam bentuk bakso atau mie ayam
dalam bentuk sssss
peramal bisa semuanya.

Dirahasiakannya kartu rindu
menjebak dalam antrian
dihapusnya jejak-jejak
dan kau pun terjebak,
masih bersedia kah?

Pahamilah alasanku dibalik tanya
tak kau paham ia mengusikku akhir-akhir ini,
dari aku si peramal handal.

 

Puisi Desti Sagita

View Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Scroll To Top