Puisi-puisi Kholilatun

Jejak yang Tak Pernah Pudar
Kembali kupijakkan kaki di tempat ini,
di gedung yang menyimpan begitu banyak cerita tentangmu.
Aromamu kembali menyapa saat aku tiba,
membangkitkan siluet tubuhmu, senyummu, dalam ingatanku.
Ruangan yang dulu menjadi saksi tatapanku padamu
kini telah berubah hening dan dingin tanpamu.
Tak ada lagi yang mau mendengar kisah-kisahku,
kisah indah yang dulu begitu berkesan.
Semuanya terasa hampa, kehilangan makna.
Di manakah dirimu?
Tidakkah kau merindukanku,
atau setidaknya tempat ini?
Atau mungkin hanya makanan di sini?
Aku berdiri di sini, sendiri,
mengenang jejak yang perlahan pudar.
Jika kenangan tak lagi berarti bagimu,
biarlah ia tetap hidup dalam sunyi yang kupeluk erat.
Namun, jika suatu saat kau kembali,
kau akan tahu
tempat ini, aku, dan segala yang pernah ada
tak pernah benar-benar pergi.
Tetaplah di Sini
Terima kasih…
Untuk hadir sebagai cahaya di ruang gelapku,
Untuk mengisi hidupku dengan warna yang tak pernah kupahami sebelumnya.
Kau datang, membawa kehangatan yang tak pernah kusangka,
Menyentuh hatiku dengan lembut, hingga aku tak ingin melepaskan.
Aku tahu, mungkin ini egois…
Tapi izinkan aku berkata, izinkan aku berharap.
Kau tidak hanya singgah, dan bukan hanya sebagai bayang yang berlalu,
Jadilah detak dalam nadiku,
Nafas dalam langkahku,
dan ceritaku yang belum ingin kututup.
Tinggallah lebih lama…
Jadilah langit yang menaungi, lautan yang menenangkan.
Bersama, kita arungi dunia,
Menemukan kisah yang belum tertulis,
Menjadi rumah bagi satu sama lain.
Aku tak ingin kehilangan, tak ingin merelakan.
Jangan hanya datang untuk pergi,
Jangan hanya singgah untuk menghilang.
Tetaplah di sini…
Sebagai bagian dari hidupku,
Hari ini, esok, dan selamanya.
Penulis: Kholilatun Nuriyah