Quo Vadis PMII Di Tengah Gempuran Revolusi Industri
Mata Pena adalah media sosial informasi di bawah pengelolaan Badan…
Oleh: Daris Wibisono
Mengawali tulisan ini marilah kita kontemplasi sejenak melihat pada masa lampau tentang apa yang telah ditorehkan oleh pendahulu kita tentang bagaimana sebuah keterbatasan mampu menciptakan sejarah besar yang dikenang sepanjang masa. Kondisi ketertindasan telah mendorong para pemuda pada saat itu membulatkan tekad untuk berjuang demi mengangkat harkat dan martabat rakyat Indonesia. Jika kita melakukan komtemplasi mendalam dengan historical mindednes (terbang ke masa lalu pada peristiwa) bagaimana perjuangan Jong Java, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bend, Jong Sunda, Jong Islemieten Bond, dan komunitas pemuda lainnya berjuang ke Jakarta. Keterbatasan transportasi, komunikasi, dan amunisi tidak menyurutkan langkah para pemuda untuk berangkat dari pelosok daerah menuju Jakarta. Bayangkan saja, para pemuda itu rela perjalanan berhari-hari naik kereta atau kapal laut berbekal informasi dari surat kabar yang terbatas penyebarannya, dan tentunya hanya bermodal bekal sekedarnya.
Generasi pemuda pelaku gerakan sumpah pemuda harus kita yakini sebagai generasi yang luar biasa dan super militan. Generasi yang penuh keterbatasan tapi mampu melakukan lompatan-lompatan yag luar biasa. Para pemuda tersebut merupakan generasi yang tidak melupakan sejarah bagaimana perjuangan seorang pemuda yang terlahir jauh pada abad sebelumnya menyatukan Nusantara demi kejayaan Majapahit. Pemuda hebat yang super luar biasa itu bernama Gajah Mada. Kita bisa membayangkan bagaimana tekad perjuangan para pemuda dari luar Jakarta, lebih-lebih peserta dari luar jawa yang menghabiskan waktu berhari-hari dengan perjalanan laut yang super panjang waktunya mampu dilakukan dengan semangat juang yang luar biasa. Niat tulus perjuangan hanya demi kepentingan bersama bangsa Indonesia dan tidak ada niat sedikitpun untuk kepentingan pribadi adalah fakta sejarah yang harus kita ambil nilai-nilai positif tersebut agar kita semua selalu menjadi pribadi yang arif dan bijaksana.
Para pemuda Indonesia pada waktu itu juga belajar dari lahirnya sebuah pertunjukan wayang potehi dari China yang murni berasal dari karya lima terdakwa hukuman mati. Kelima terdakwa hukuman mati itu dengan semangatnya bersama yang melegenda buat apa kita larut dalam kesedihan, kan pada akhirnya kita semua akan mati.
Maka dari itu, maka kita isi sisa hidup ini dengan membuat karya yang bisa menghibur diri kita sendiri dan orang lain, serta akan dikenang setelah kita mati. Singkat cerita, karya wayang Potehi begitu membuat sang penguasa terpikat hingga mengampuni kelima terdakwa hukuman mati tersebut. Inspirasi yang luar biasa dari kisah wayang Potehi itulah yang memberikan inspirasi kepada para pemuda ditengah keterbatasannya mampu melakukan hal yang besar dan menjadi catatan penting sejarah bangsa ini dengan sumpah pemuda.
Di dalam perkembangannya, pemuda yang telah berubah wujud menjadi mahasiswa dengan segala keterbatasannya, tercatat dengan tinta emas perjuangannya mampu melahirkan orde baru, selajutnya dengan keterbatasan teknologi informasi juga mampu melakukan konsolidasi yang begitu dahsyat lintas daerah, hingga kekuasaan 32 tahun orde baru bisa tumbang dengan lahirnya orde reformasi. Beberapa sejarah gerak pemuda/mahasiswa tersebut di atas harus menjadi kontemplasi bagi semua kader PMII dalam era revolusi industry 4.0 ini. Karya fenomenal apa yang sudah kalian lakukan untuk organisasi tercintamu, masyarakat sekitarmu, bangsa dan negaramu?
Detik ini kita hidup pada sebuah masa yang luar biasa dahsyat kecepatan perubahannya, masa yang harus dijalani itu bernama Revolusi Industri 4.0. Istilah yang merujuk pada pola perubahan dimana untuk memproduksi suatu barang, memanfaatkan mesin sebagai tenaga penggerak dan pemroses. Revolusi industri ini hadir untuk menjawab permasalahan efektifitas dan efisiensi dalam memproduksi suatu barang.
Tahapan revolusi industri dimulai dari revolusi industry 1.0 hingga revolusi industry 4.0 yang kita rasakan dan hadapi seperti saat ini. Revolusi Industri 1.0 terjadi pada awal abad ke 18. Faktor utama yang menyebabkan revolusi industri 1.0 adalah ditemukannya teknologi mesin uap. Proses produksi yang sebelumnya menggunakan tenaga manusia, kini dengan adanya teknologi mesin uap dapat memproduksi barang dengan volume lebih besar. Distribusi barang secara besar-besaran juga dapat dilakukan dengan bantuan kereta bertenaga uap. Mendistribusikan barang antar kota menjadi lebih cepat dan efisien.
Revolusi Industri 2.0 dimulai dengan ditemukannya listrik. Mesin-mesin yang menggunakan tenaga listrik dapat beroperasi secara lebih efisien dibandingkan dengan mesin bertenaga uap. Hal ini lah yang membuat lahirnya konsep mass production, yang memungkinkan industri manufaktur memproduksi produknya dengan volume yang sangat besar dibandingkan periode sebelumnya. Revolusi Industri 3.0 terjadi pada awal tahun 1950an, dimana industri manufaktur memulai komputerisasi pada proses produksinya.
Hadirnya revolusi industri 4.0 tentu saja membawa keuntungan bagi seseorang/ kelompok masyarakat atau organisai/ kelompok bisnis seperti berikut ini;
1. Efisiensi dan Produktifitas Meningkat
Keuntungan pertama yang akan kamu dapat dari revolusi industri 4.0 adalah meningkatnya efisiensi produktifitas pada proses produksimu. Kamu dapat memproduksi volume barang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit dengan bantuan teknologi yang ada.
2. Biaya yang Lebih Murah
Penggunaan teknologi serta mesin otomatis dapat memotong biaya produksi cukup besar, seperti gaji karyawan, uang makan, dan lain sebagainya. Penggunaan Cyber Physical System memungkikan perusahaan manufaktur memproduksi barang dengan cepat dan aman dibandingkan dengan tenaga manusia. Hal ini membuat peranan manusia terhadap proses produksi semakin kecil. Apabila di era terdahulu membutuhkan 20 orang untuk memproduksi sebuah mobil, sekarang mungkin hanya membutuhkan 3 orang dengan bantuan robot industri.
3. Manajemen Resiko yang Lebih Baik
Manajemen resiko perusahaan manufaktur juga menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan dengan berkurangnya resiko seperti, human error yang dapat menghambat proses produksi. Penggunaan artificial intelligent adalah salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam meminimalisir resiko yang dapat menghambat proses produksi.
4. Identifikasi dan Pemecahan Masalah yang Lebih Cepat
Keunggulan selanjutnya adalah dengan menggunakan teknologi dan informasi digital pada industri perusahaan dapat mengontrol dan mengelola data dan informasi secara aktual dan cepat. Dampaknya adalah perusahaan dapat secara cepat dan tepat mengatasi permasalahan yang terjadi, sehingga tidak menjadi masalah yang besar dan dapat menggangu operasi perusahaan.
Revolusi industri 4.0 mendorong terjadinya disrupsi dalam berbagai bidang yang memberikan tantangan dan peluang, termasuk bagi generasi milenial. Era disrupsi merupakan era yang penuh dengan kecepatan, bahkan kecepatan perubahannya mengalahkan kilat petir menjelang hujan. Fenomena hijrahnya masyarakat dari aktivitas pada dunia nyata ke dunia maya dalam segala bidang memaksakan peruahan tatanan yang sulit untuk dikendalikan. Dunia sudah tidak bulat lagi, dunia menjadi datar dan mudah tergenggam oleh tangan kita, dan tentu saja tidak ada sekat lagi dalam dunia ini. Peristiwa/ kejadian apapun yang terjadi dimanapun-kapanpun dalam hitungan detik akan mudah kita dapatkan infonya secara detail tanpa harus melihatnya langsung. Fenomena era disrupsi ini harus menjadi perhatian PMII agar keberadaannya masih menjadi magnet yang kuat dan dibutuhkan oleh anggotanya. Sudah banyak sekali supermarket gulung tikar karena virus disrupsi, sudah tidak terhitung PHK terjadi karena efisiensi dan pergantian peran dari tenaga manusia kepada robot, tentunya jika tidak berbenah dengan cerdas, PMII bisa dengan cepat ditinggalkan jamaahnya.
Digitalisasi dan otomatisasi segala bidang adalah konsekuensi logis era disrupsi yang harus segera ditangkap cerdas oleh PMII sebagai wadah kader yang takdirnya adalah agen perubahan dari sebuah perubahan yang super cepat ini. Cara gila membangun PMII era disrupsi harus sesegera mungkin dirancang dan masif dilakukan di semua tingkatan mulai rayon hingga pengurus pusat. Dalam era disrupsi ini, organisasi PMII mempunyai tantangan besar dalam membentengi kadernya dalam menangkal damak perubahan fundamental akibat disrupsi yakni perubahan gaya hidup.
PMII sebagai organisasi kaderisasi harus membuat langkah-langkah gila untuk terus meningkatkan pengetahuan kadernya dalam menggeser paradigm dan pola pikir dari budak data menjadi penguasa data.
Langkah-langkah tersebut harus dimanifestasikan secara jelas dalam program/kegiatan yang terus berkelanjutkan diikuti dengan alat ukur yang jelas sejauh mana dampak positifnya. PMII harus menjadi garda terdepan yang bias menyampaikan kepada semua kader dan masyarakat sekitar bahwa sebelum era disrupsi untuk menjadi pemenang hanya perlu lebih efisien dan produktif dalam segala hal.
Namun, untuk saat ini agar bisa memenangkan kompetisi perlu inovasi, kreativitas, serta entrepreneurship.
Langkah cepat yang perlu dilakukan secara kolektif oleh PMII semua tingkatan adalah melakukan evolusi sistem pengkaderan di PMII untuk menghasilkan sumber daya manusia tumpuan masa depan bangsa yang unggul. Sistem kaderisasi PMII yang menekankan pada aspek kreativitas, inovasi, dan entreprenurship. Yang patut diwaspadai bahwa secara keseluruhan tipe pekerjaan akan bergeser ke arah layanan dan menjauh dari pekerjaan dengan potensi otomatisasi yang tinggi, seperti pemrosesan data dan pekerjaan fisik yang dapat diprediksi. Era disrupsi memaksa PMII harus berubah, dari organisasi kolonial menjadi profesional. Semua itu akan terjadi kalau semua pengurus dan kader mempunyai cinta yang penuh ketulusan hati. Inovasi, kreativitas, dan entrepreneurship tidak pernah ada konsernya di dalam kampus, PMII harus hadir untuk mengasah dan menumbuhkan ketiga hal tersebut sebagai kunci keberhasilan untuk mampu berdaya saing di era disrusi seperti saat ini.
Review materi diskusi “Mempertanyakan Kader Ideologis dalam Tubuh PMII di Tengah Revolusi Industri 4.0″
Mata Pena adalah media sosial informasi di bawah pengelolaan Badan Semi Otonom Media Informasi (BSOMI) yang mewadahi tulisan para kader PMII, khususnya Rayon Ilmu Budaya Universitas Jember. Sebuah media alternatif dengan konten literasi yang beragam namun, tetap terkupas melalui sisi pergerakan. Rayon PMII Ilmu Budaya dengan basis pengetahuan sastra, seni, dan budaya tentu tidak akan jauh dan lepas dari wacana tersebut. Tiga kunci yang menjadi modal dasar kaderisasi dan pengembangan kader. Oleh karena itu, Mata Pena hadir sebagai sarana media literasi. Salam literasi! Salam Pergerakan!