Refleksi Guru di Masa Pandemi
Bulan Nopember, bagi sebagian orang dianggap sebagai bulan Guru. Anggapan ini tentu punya alasan tersendiri. Bulan Nopember adalah bulan dimana Hari Guru Nasional diperingati. Tanggal 25 Nopember, tepatnya diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Selain sebagai bulan guru, bulan November juga diperingati sebagai bulan pahlawan karena tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Ada baiknya menarik benang merah dari dua tanggal penting di bulan November. Guru seringkali dianggap sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Bagi mereka yang lahir sekitar tahun 1970an, guru menjadi salah satu sosok yang sangat dihormati, disegani, bahkan mungkin sedikit ditakuti.
Guru pada tahun-tahun itu meski dengan gaji yang sangat kecil berupaya dengan maksimal untuk selain mentransfer ilmu pengetahuan juga mendidik dengan caranya masing-masing. Jam kerja mereka melebihi jam kerja di sekolah tempat mereka mengajar. Setidaknya inilah apa yang dialami penulis sebagai anak seorang guru. Banyak anak didiknya yang minta belajar mengaji di rumah pada sore atau malam hari.
Apakah guru zaman sekarang tidak melakukan hal itu? Masih banyak guru yang melakukan pekerjaan diluar jam kerjanya. Guru yang berada di daerah terpencil, terluar, dan terjatuh masih banyak juga yang harus melaksanakan tugas dengan jalan kaki dan dengan fasilitas yang seadanya. Bahkan, untuk membeli sepatu saja tidak bisa seperti yang pernah ditayangkan di televisi dan sempat tersebar luas di media sosial.
Memperhatikan fenomena di atas, ada baiknya kita melakukan introspeksi diri atau merefleksi diri. Sudah sejauh manakah kita melaksanakan tugas sebagai guru. Bila melihat televisi atau membaca berita secara online melalui media sosial adanya murid yang melakukan bunuh diri akibat pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi Covid 19, timbul pertanyaan, “Mengapa hal itu bisa terjadi?”
Ada beberapa hal yang menurut penulis mungkin bisa menjadi penyebab, yang pertama, materi pembelajaran tidak menarik, metode pembelajaran yang menjemukan, suasana di rumah yang membuat jenuh.
Materi pembelajaran yang tidak menarik dan metode pembelajaran yang menemukan dapat menjadi satu paket. Pembelajaran jarak jauh sering dianggap sulit untuk menyampaikan materi secara jelas untuk dipahami meski sudah menggunakan media yang bervariasi. Bagi sebagian murid, interaksi secara langsung dengan guru masih dianggap sebagai cara yang efektif karena ketika tidak paham, mereka bisa bertanya secara langsung kadang bisa diselenggarakan dengan humor.
Suasana di rumah bagi sebagian anak kurang menyenangkan karena lamanya masa pandemi yang sangat panjang. Mereka harus berada di dalam rumah dan tidak boleh kemana-mana. Hal ini yang membuat mereka jenuh.
Hal ini menjadi introspeksi bagi penulis khususnya untuk berbenah apa yang sebaiknya dilakukan di masa yang akan datang. Hal yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kompetensi untuk membuat media pembelajaran yang lebih menarik. Yang berikutnya, memberi motivasi kepada anak didik dengan cara yang menarik. Apapun kondisinya, guru tetap harus berbenah dan memperbaiki diri.
Oleh: Mohammad Kunsarwani, SS
(MAN 2 Jombang)
Hasil Rencana Tindak Lanjut (RTL) Peserta Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) 2020 PMII Rayon FIB UNEJ.