Now Reading
Review Buku: Hubungan Estetik Seni dengan Realitas

Review Buku: Hubungan Estetik Seni dengan Realitas

Judul : Hubungan Estetik seni dengan Realitas (sebuah disertasi)
Penulis : N.G Chernyshevsky
Tahun Terbit : 1855
Halaman : 205 halaman

 

Apa hubungan dari suatu estetik seni dengan realitas? Sebelum kita lanjut mendalami suatu hubungan tersebut. Kita perlu mendedah satu per satu diksi di dalam judul.
Dalam buku Hubungan Estetik Seni dengan Realitas, mempunyai suatu arti yang istimewa pentingnya guna menilai pandangan-pandangan filsafat yang bertujuan untuk menerapakan azas-azas filsafat yang materialistik pada bidang konkrit dari estetika. Karena, semua karya di bidang ini mempunyai arti filosofis yang besar sekali. Mengenai hubungan estetik seni dengan realitas, bahwa seni sebetulnya sebuah imitasi atau tiruan dari realita dan seni merupakan penyempurnaan dari realita. Seperti contoh seorang seniman ketika hendak membuat suatu karya, dia bisa mencari ide dan citra konsep dari karya orang lain dan dikembangkan lagi konsepnya menjadi indah dengan citranya.

Sebuah ungkapan yang terdapat dalam estetika atau keindahan yaitu, “keindahan adalah kesatuan ide dan citra (kesan=image), peleburan selengkapnya ide dengan citra itu,” mempunyai suatu arti yang sepenuhnya berbeda. Ungkapan ini memang menunjuk pada sebuah karakteristik esensial. Namun, tidak dari ide keindahan pada umumnya melainkan dari yang disebut sebuah karya seni. Sebuah karya seni akan indah apabila seniman telah membawakan karyanya itu ke segala yang dimaksudkan.

Tentu saja sebuah potret akan bagus apabila, seniman telah berhasil secara seksama melukiskan semua ciri yang dimaksud untuk dilukis.Tetapi untuk “melukis suatu paras dengan indah” dan “melukis suatu paras yang indah” adalah dua hal yang sangat berbeda.

Kita akan berkesempatan membahas mutu sebuah karya seni, ketika kita menentukan hakekat seni. Dari sini tidaklah berlebihan untuk menyatakan bahwa definisi mengenai keindahan sebagai kesatuan ide dan citra-sebuah definisi yang bukan ditujukan pada keindahan alam yang hidup. Tetapi pada karya seni yang indah sudah mengandung hasil. Dari kecenderungan aliran dalam estetika yang lazimnya lebih mengutamakan keindahan dalam seni daripada keindahan dalam realitas hidup. Keanekaragaman jenis keindahan ini lebih besar lagi pada manusia, dan kita bahkan tidak dapat membayangkan bahwa satu orang dapat memiliki semua nuansa dari keindahan manusia.
Muncul lagi Ungkapan yaitu “keindahan adalah manifestasi sempurna ide dalam suatu objek tunggal” sama sekali bukan sebuah definisi mengenai keindahan. Namun ia memiliki suatu segi kebenaran, bahwa keindahan terletak dalam suatu objek individual yang hidup dan tidak dalam suatu ide abstrak. Pada umumnya, orang-orang dapat mengatakan bahwa membaca bagian-bagian dalam estetika dari teori Hegel yang bercerita mengenai keindahan di dalam realitas, akan sampai pada kesimpulan bahwa secara tidak sadar ia menerima hal di dalam alam yang bercerita pada kita tentang kehidupan, sebagai keindahan dan dengan sadar membenarkan bahwa keindahan adalah manifestasi yang sempurna dari ide.

Pada bagian “Tentang Keindahan di dalam Alam,” sosok Vischer berulang kali mengatakan, bahwa keindahan hanyalah yang hidup atau yang tampak hidup.
Dengan menentukan keindahan sebagai manifestasi sempurna dari ide pada suatu keberadaan/makhluk individual, kita mau tidak mau sampai pada kesimpulan: “keindahan dalam realitas hanya suatu khayalan yang kita julukkan pada realitas dengan imajinasi kita. Dari sini, bahwa sebetulnya keindahan itu diciptakan oleh imajinasi. Tetapi di dalam realitas (atau menurut Hegel dalam alam), tidak ada keindahan yang sesungguhnya.” Bertolak dari dalil bahwa tidak ada keindahan sesungguhnya di dalam alam. Berarti bahwa, “seni berasal dari hasrat manusia untuk mengisi kekosongan akan keindahan dalam realitas objektif,” begitu juga “keindahan yang diciptakan oleh seni adalah lebih tinggi dari keindahan dalam realitas objektif.”

Semua ide-ide ini menjadi hakekat estetika Hegelian dan muncul tidak secara kebetulan, melainkan sebagai hasil pertumbuhan yang sepenuhnya masuk-akal dari konsep mendasar mengenai keindahan. Sebaliknya, dari definisi keindahan adalah kehidupan. Akan menyusul bahwa, keindahan tertinggi yang sesungguhnyan adalah keindahan yang dijumpai oleh manusia di dalam dunia kenyataan dan bukan keindahan yang diciptakan oleh seni.

Sesuai dengan pandangan mengenai keindahan di dalam realitas ini, asal-usul seni harus dianggap berasal dari sumber yang sepenuhnya berbeda. Maka tujuan pokok seni akan tampil dalam kejelasan yang sepenuhnya. Ada tiga bentuk beda dari keberadaan keindahan sebagai berikut: keindahan dalam realitas (atau dalam alam) seperti yang diungkapkan mazhab Hegelian, keindahan dalam imajinasi (daya-bayang pikiran/pencitraan), dan keindahan dalam seni (dalam keberadaan aktual yang dimuatkan padanya oleh imajinasi kreatif manusia).

Masalah mendasar pertama yang timbul di sini ialah mengenai hubungan keindahan dalam realitas dengan keindahan dalam imajinasi dan di dalam seni. Estetika Hegelian menjawab masalah ini sebagai berikut: keindahan dalam realitas objektif mempunyai cacat-cacat yang merusaknya, dan imajinasi kita karenanya wajib mengubah keindahan sebagaimana yang dijumpai dalam realitas objektif itersebut. Agar membersihkannya dari cacat-cacat yang tidak terpisahkan dari keberadaan riilnya itu, menjadikan keindahan yang sesungguhnya.

Vischer mengupas cacat-cacat dalam keindahan objektif secara lebih mendalam dan menampilkannya secara lebih tajam daripada ahli-ahli estetika lainnya.
Jadi, kesimpulan dalam menyikapi hubungan estetik seni dengan realitas adalah bahwa seni sebetulnya sebuah imitasi atau tiruan dari realita dan seni merupakan penyempurnaan dari realita.Suatu keindahan dalam realitas hanya suatu khayalan yang kita julukkan pada realitas dengan imajinasi kita. Di sisi lain, bahwa sebetulnya keindahan itu diciptakan oleh imajinasi kita.

Tetapi di dalam realitas, tidak ada keindahan yang sesungguhnya.” Bertolak dari dalil bahwa tidak ada keindahan sesungguhnya dalam alam, berarti bahwa “seni berasal dari hasrat manusia untuk mengisi kekosongan akan keindahan dalam realitas objektif dan keindahan yang diciptakan oleh seni adalah lebih tinggi dari keindahan dalam realitas objektif.

Review oleh: Muhammad Afifuddin

View Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Scroll To Top