Kali ini bukan film yang akan menjadi bahan ulasan, melainkan sebuah serial dari negeri Formosa, Taiwan. Salah satu serial yang cukup menarik, berjudul Shards of Her menghabiskan dua hariku untuk menonton sembilan episodenya. Saking sukanya, aku memutuskan untuk menulis ulasan ini, tentu disertai kekhawatiran–takut akan membocorkan alur ceritanya.
Serial dengan rating usia 18+ ini mengisahkan seorang wanita independen gila kerja yang mengalami pelecehan seksual. Suatu malam ia kabur dari rekan kerja yang hendak melecehkannya di kantor, sialnya sebuah mobil menabraknya. Tanpa disadari, wanita itu memasuki dunia paralel yang membawanya pada trauma masa lalu. Menariknya di serial ini, kita akan dibuat bingung hingga muncul pertanyaan di kepalaku, “Sebenarnya mana dunia yang asli?”
Pembatasan Hak Perempuan
Seperti yang sudah disebutkan di atas, wanita independen itu adalah Lin Chen-hsi (Tiffany Hsu) yang bekerja sebagai Headhunter atau rekruter yang mencari orang berbakat untuk mengisi posisi tertentu dalam sebuah perusahaan. Headhunter berbeda dengan HRD dan tentu merupakan posisi tinggi yang diinginkan banyak orang. Lin Chen-hsi yang bekerja dengan baik dan kontribusinya yang besar ternyata masih belum diakui oleh beberapa atasan pria.
Mereka beranggapan bahwa perempuan selalu didominasi oleh emosi dan merepotkan di beberapa hal, seperti menikah, hamil, dan mengurus anak. Anggapan-anggapan tersebut menjadi celah bagi seseorang yang ingin menjatuhkan karir Lin Chen-hsi. Persaingan ini tentu menjadikan perempuan selalu termarjinalisasi, apalagi dengan label tidak jelas yang membuat mereka sulit mendapatkan kepercayaan banyak orang.
Mengalami Pelecehan Seksual
Jika aku mengatakan bahwa pelecehan seksual terjadi di mana saja, bahkan di instansi pendidikan, kalian pasti tidak lagi terkejut. Tentu saja karena sudah banyak kasus yang kita dengar terjadi di sana. Shards of Her mengajak penontonnya untuk lebih melek mengenai korban yang sering kali tidak dipercaya, bahkan disalahkan atas apa yang terjadi pada dirinya.
Berang sekali saat mendengar dialog korban yang berkata, “Mereka menanyaiku, apakah aku tidak melawan? Apakah aku tidak berusaha untuk kabur? Mereka benar, Lin Chen-hsi, aku tidak berusaha untuk melawannya.” Yang ada di pikiran kita mungkin benar, setidaknya ia harus melakukan perlawanan barang sedikit. Namun, sayangnya korban itu adalah anak SMP yang bahkan terlalu polos untuk mengerti situasi dan kondisi, ia sudah diliputi oleh rasa takut. Lalu, mereka dipaksa untuk berdamai dengan sang guru hanya karena korban tidak memiliki kuasa apa pun dan masyarakat lebih memercayai pelaku yang memiliki citra baik sebagai seorang guru.
Traumatis dan Kesehatan Mental
Memasuki dunia paralel mungkin terdengar terlalu fantasi dan melebih-lebihkan dalam serial ini. Nyatanya, begitulah PTSD berimbas pada penderitanya. Post Traumatic Stress Disorder atau gangguan mental pada seseorang setelah mengalami kejadian traumatis memiliki kondisi berbeda-beda pada setiap penderita, bisa berupa sulit tidur, mendadak lumpuh, dan lain sebagainya. Lin Chen-hsi mengalami semacam delusi yang mengantarkannya pada keadaan-keadaan tertentu. Di satu waktu, dunia yang dimasuki bisa membuatnya melupakan kejadian, di waktu lain bisa juga dunia itu membuka ingatan-ingatan terhadap luka lama akibat pelecehan seksual yang ia alami di usia remaja.
Trauma semacam itu tentu memengaruhi seluruh kehidupan Lin Chen-hsi beserta masa depannya. Bahkan di saat menemukan orang yang dicintai, ia berusaha untuk memutuskan hubungan karena merasa hanya akan menyakiti pasangannya. Lin Chen-hsi terlalu takut dan sulit memercayai orang lain, juga tidak mau menghancurkan harapan orang yang dicintainya. Li Hao Ming (Toby Lee) membuatku kagum dengan usahanya mengikuti pelatihan agar ia memahami dan menghadapi perasaan Lin Chen-hsi sebagai korban, juga berharap agar wanita yang dicintainya bisa merasakan dunia tanpa beban. Berharap ia mengerti bahwa dirinya layak untuk dicintai oleh dunia.
Menyikapi kekerasan seksual bukanlah hal yang mudah, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Bukan, bukan hanya pihak-pihak tertentu yang memiliki kuasa, tapi setiap dari kita punya andil untuk mencegah kekerasan seksual terjadi. Kalau kamu tertarik setelah membaca ulasan ini, Shards of Her bisa ditonton di Netflix. Sembilan episode kurasa tak terlalu banyak untuk kalian yang sedang gabut. Ceritanya cukup emosional dengan alur yang padat, jadi menghindari kamu bosan di tengah-tengah serial. Selamat menonton.
penulis: Cindy Amelia
gambar: Cindy